Minggu, 05 Juni 2011

MANAJEMEN KUALITAS DIRI (bag.7 - TAMAT)

PILAR 3 : PEMBIASAAN DIRI


Pembiasaan diri akan membuat kita mengubah paradigma bahwa jika kita ingin kualitas pribadi kita berkembang, kita senantiasa harus mau melakukan perubahan-perubahan terhadap diri sendiri. Hal ini penting agar kita dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perkembangan yang terjadi di sekitar kita.


Pembiasaan diri tentunya memerlukan kemauan yang kuat dari dalam diri. Masih ingat ketika dahulu kita mencoba belajar bersepeda, beralih dari roda tiga ke roda dua? Bagaimana awalnya? Tentu kita awalnya akan canggung, kagok dan sebagainya.



Kecanggunggan kita boleh jadi karena kita masih merasa menaiki sepeda roda tiga dan belum terbiasa dengan sepeda roda dua. Tapi bagaimana sekarang? Semakin lama kita menaiki sepeda roda dua, semakin lama kita akan semakin terbiasa dan akhirnya menjadi bisa. Kemauan yang kuat yang mendorong kita untuk bisa naik sepeda.

Demikian pula kita, ketika awalnya tidak terbiasa dengan pengaturan (baik diri, kepribadian maupun waktu), tentu kita akan merasakan kesulitan. Tapi yakinlah bila kita mau serius membiasakan diri, maka lambat laun kita tidak akan lagi merasa kesulitan, bahkan kita akan merasa nyaman dengan kebiasaan-kebiasaan kita yang baru.

PILAR 4 : EVALUASI DIRI


Evaluasi diri merupakan aktivitas yang seharusnya dilakukan untuk melihat sejauh mana aktivitas perubahan yang telah kita lakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat.

Evaluasi diri yang terpenting menyangkut aspek Pengenalan Diri (Pengasahan Pengetahuan dan Keterampilan serta Pengasahan Kepribadian) , aspek Pengaturan Diri (Menetapkan Sasaran Pribadi dan Mengelola Waktu) dan aspek Pembiasaan

Evaluasi sebaiknya dilakukan dengan dua cara :

1. Internal
Yakni penilaian dilakukan berdasarkan point-point tertentu yang kita buat sendiri meliputi rencana dan hasil yang diharapkan kemudian dibandingkan dengan realisasinya.

2. Eksternal
Yakni penilaian dilakukan dengan melibatkan orang lain sebagai penilai diri kita untuk melihat apakah diri kita sudah berubah.
Penilaian dari orang lain ini boleh jadi diberikan tanpa kita minta. Itu yang biasa disebut sebagai kritik. Permasalahannya adalah banyak di antara kita yang tidak suka dikritik. Padahal sesungguhnya kritik itu merupakan sesuatu yang berharga bagi kemajuan kualitas diri kita karena biasanya kritik dari luar itu bersifat obyektif.

Alat Bantu Evaluasi Diri

Dalam meng-evaluasi diri, ada beberapa hal yang dapat kita jadikan sebagai alat bantu :

1. Menyadari Kekuatan

Kekuatan atau kelebihan yang kita miliki sangat mendukung keberhasilan / kesuksesan hidup kita. Semakin kita menyadari kekuatan kita, semakin besar peluang kita untuk berhasil atau sukses, demikian pula sebaliknya.

Kekuatan yang kita miliki akan banyak berarti apabila dapat kita gunakan dengan optimal. Namun terkadang, kita masih belum mampu mengoptimalkan kekuatannya tersebut bahkan cenderung menempatkan diri pada posisi minimalis. Artinya, dalam diri kita sebenarnya masih banyak kekuatan atau kelebihan yang dapat kita gunakan, namun karena pola pikir kita minimalis, maka kekuatan atau kelebihan kita tersebut hanya disimpan dan tidak digunakan secara produktif.

Karena kekuatan dan kelebihan tersebut jarang kita gunakan, maka lambat laun kekuatan itu akan aus auat usang dan tidak sesuai lagi dengan tuntutan jaman. Yang lebih menyedihkan lagi adalah apabila kita lupa kalau kita pernah punya kekuatan tersebut.

2. Menyadari Kelemahan

Selain kekuatan, tiap kita pasti punya kelemahan. Disadari atau tidak, kelemahan dapat menjadi penghambat bagi kemajuan kita, apabila kita tidak berusaha untuk mengatasinya.

Kelemahan atau kekurangan memang pada hakekatnya adalah pemberian dari Yang Maha Kuasa, selain kelebihan atau kekuatan yang juga diberikan-Nya pada kita. Tidak mungkin kita menolaknya, meskipun mungkin kita tidak menyukainya.

Namun di balik kelemahan tersebut, terkadang justru merupakan gerbang menuju perkembangan kualitas pribadi. Bahkan terkadang, kelemahan justru berbalik menjadi gerbang kesuksesan seseorang.

Tengoklah orang-orang yang berhasil mengatasi kelemahan atau kekurangan mereka, hingga akhirnya mereka betul-betul menjadi orang yang berhasil! Betapa banyak orang dengan kelemahan, justru hidup lebih baik daripada orang yang tidak punya kekurangan.

Jadi yang perlu disikapi adalah bukan kenapa kelemahan itu ada pada kita, tapi ”bagaimana mengatasi kelemahan itu, sehingga mampu memberikan kontribusi positif dalam hidup kita?”.

3. Menyadari Peluang

Banyak orang tidak menyadari bahwa sebenarnya dalam kehidupan ini peluang yang ada sedemikian besar. Atau sebenarnya kita menyadari adanya peluang-peluang tersebut di depan mata. Namun sekali lagi terkadang kesadaran tersebut tidak didukung oleh sikap pribadi kita dalam mensikapi peluang tersebut.

Ada beberapa sikap yang sering muncul dalam menghadapi peluang :

a. Acuh / Tidak Peduli
Terlepas dari rasa ketertarikan dan rasionalitas yang ada, sikap ini muncul sebagai wujud kualitas diri yang rendah, yang kurang termotivasi untuk maju dan berkembang. Peluang yang ada sering dibiarkan berlalu.

b. Menunggu
Sikap menunggu biasanya merupakan gambaran dari pribadi yang kurang percaya diri serta suka ikut-ikutan. Ketika ada peluang, orang yang memiliki sifat ikut-ikutan biasanya akan menunggu dan melihat orang lain yang menangkap peluang tersebut lebih dahulu. Barulah ketika orang lain sukses, ia pun akan ikut.

c. Segera menangkapnya
Orang yang bersegera menangkap peluang (dengan mempertimbangkan ketertarikan dan rasionalitas) menggambarkan orang yang punya rasa percaya diri yang tinggi, optimistis serta berani. Mereka mempunyai prinsip bahwa kesempatan tidak akan datang dua kali. Karena itu, ketika peluang itu hadir, merekapun segera menangkapnya.


Wallahu a'lam bish-showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan kalau mau komentar :