LATIHAN berat ternyata tidak
hanya bermanfaat bagi perkembangan otot, tetapi juga otak. Demikian kesimpulan
peneliti dari Laboratorium Neuroscience di National Institute on Aging, AS, yang
dimuat dalam jurnal Learning and Memory.
Sang peneliti, Henriette van
Praag, menyimpulkannya setelah melakukan sejumlah pengujian dan pengamatan
terhadap beberapa tikus percobaan. Van Praag menyuntikkan dua jenis suplemen
yang membantu pengembangan otot kepada tikus-tikus itu, yakni obat Aicar dan
GW1516.
Lewat asupan suplemen tersebut,
peneliti dapat mengontrol kondisi otot setiap tikus. Dalam kurun waktu
seminggu, tikus-tikus percobaan itu memiliki kemampuan memori dan belajar lebih
baik jika dibandingkan dengan sebelum disuntik suplemen.
Menurut Van Praag, perkembangan
otot juga berpengaruh pada peningkatan neuron di otak yang mendukung memori dan
kemampuan belajar. “Sel-sel pada otot merespons olahraga dengan memompa
berbagai substansi untuk membentuk otot yang kuat.”
PERUSAHAAN-PERUSAHAAN berbasis teknologi, kini banyak menjadi idaman bagi para lulusan anyar yang ingin mendapatkan pekerjaan. Pencitraan tentang budaya perusahaan teknologi, seperti Google, Facebook yang digambarkan ‘nyantai’ dengan membolehkan karyawan bersepeda di ruangan kantor, ada tempat khusus karaoke, bisa main billiar di sela-sela pekerjaan, serta ada fasilitas mini-bar, tentu menjadi daya tarik tersendiri. Di mana hal tersebut, jarang terdengar ada dalam penawaran di perusahaan-perusahaan konvensional sebelumnya.
Lantas bagaimana bisa menembus ketatnya persaingan untuk bisa masuk ke perusahaan seperti Google atau Apple? Mungkin ada baiknya, kita simak triknya Gayle Laakmann McDowell. McDowell ini memiliki track record di tiga perusahaan teknologi terbesar saat ini, Apple, Google dan Microsoft. Belum lama ini, ia meluncurkan buku berjudul “The Google Resume”. Buku ini berisi tentang bagaimana kiat mendapatkan pekerjaan di perusahaan teknologi terbesar dan apa strateginya yang membuat calon bisa terlihat menonjol.